Plakat Candi Lawang |
Berdasarkan hasil penelitian, Candi Lawang lebih tepat disebut dengan “kompleks Candi Lawang” yang antara lain ditunjukkan oleh kompleksitas bangunan yang terdiri atas sedikitknya 6 bangunan. Keenam bangunan yang sudah dapat dikenali adalah satu Bangunan Induk, dua bangunan perwara di kanan dan kiri bangunan induk, serta tiga bangunan di atas satu batur yang berada di depan ketiga bangunan tersebut.
Karakter lain yang dapat diidentifikasi adalah arah hadap bangunan induk dan bangunan perwara di kiri dan kanan, yaitu menghadap ke arah barat; sedangkan tiga bangunan di depannya menghadap kearah timur atau berhadapan dengan bangunan utama. Kompleksitas dan susunan bangunan kompleks Candi Lawang mengingatkan pada kompleks percandian Larajonggrang atau Prambanan. Variable analog kedunya adalah bangunan induk di apit oleh dua bangunan yang lebih kecil di kiri dan kanan (Candi Brahma dan Wisnu di Prambanan), serta tiga bangunan lain di depannya (tiga candi vahana di Prambanan). Perbedaan mendasar dari analogi itu adalah arah hadap, yaitu Candi Prambanan menghadap kea rah timur, sedangkan Candi Lawang menghadap kearah Barat. Perbedaan mendasar lain adalah ukuran kompleks dan bangunannya, Candi Lawang lebih kecil dibandingkan Candi Prambanan. Hasil ekskavasi manunjukkan bahawa pagar kompleks Candi Lawang diduga berukuran 25,70 x 25,70 meter, sedangkan pagar halaman pertama Candi Prambanan berukuran jauh lebih luas.
Bagian Central Candi Lawang (eits.. jangan salah Fokus) |
Latar belakang keagamaan kompleks Candi Lawang adalah Hindu, yang antara lain ditunjukkan oleh keberadaan yoni dan arca Durga Mahisasuramardini. Dari segi arsitektur, di antara kaki candid an tubuh candi terdapat profil berupa sisi genta, persegi, dan half round yang menunjukkan bahwa bangunan Candi Lawang berlanggam Jawa Tengah. Berdasarkan identifikasi tersebut dan juga bentuk huruf pada prasasti, bentuk ratna pada kemuncak, serta ragam hias yang ada, diduga kompleks Candi Lawang didirkan pada abad ke-9 Masehi, yaitu pada masa Mataram Kuna.
Kompleks Candi Lawang |
Dalam
kaitannya dengan teknologi, hasil ekskavasi dan pengamatan bangunan
menunjukkan hal-hal sebagai berikut. Candi Lawang dibangun di atas lahan
bukit berdekatan dengan sebuah sungai yang berada di sebelah utara
bangunan. Awalnya permukaan lahan tersebut bergelombang dan dimodidikasi
melalui perataan dan pemadatan sebagai alas fondasi. Sebagai alas
fondasi digunakan tatal batu dan kerakal untuk bangunan perwara atau
yang lebih kecil, sedangkan fondasi bangunan induk beralaskan kerakal
dan bolder. Di atas alas inilah fondasi dibangun berupa tiga lapis
susunan balok-balok batu yang digarap tanpa tahap penghalusan pada
setiap sisinya. Selanjutnya didirikan kaki candi, tubuh candi, hingga
bagian atap. Dari pengamatan kuantitas komponen batu candi, agaknya
bagian tubuh dan atap bangunan banyak kehilangan komponen batunya.
Bebeapa
komponen bangunan menunjukkan bahwa Candi Lawang belum selesai
dibangun. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh beberapa komponen pipi
tangga bangunan induk dan bangunan perwara dan antefiks. Selain itu,
beberapa hiasan juga menunjukkan belum selesai dikerjakan.
Produk
peradaban Mataram Kuna di lereng timur Merapi ternyata bukan hanya
Candi Lawang. Di sekitar situs, masih dalam wilayah Kecamatan Cepogo,
terdapat sumberdaya arkeologi yang diduga semasa dengan Candi Lawang,
yaitu Candi Sari, Petirtaan Cabean Kunti, Sumur Songo, serta sebaran
komponen bangunan lasik lainnya. Bukan hanya itu, catatan BP3
memperlihatkan sedikitnya 400 titik di Kabupaten Boyolali yang
mengandung tinggalan masa Mataram Kuna. Hal ini menunjukan bahwa Candi
Lawang merupakan bagian dari bentang budaya Mataram Kuna yang pada saat
itu berpusat di wilaya Kedu. Dalam kerangka bentang budaya, Candi Lawang
merupakan bagian dari situs-situs masa Mataram Kuna di lereng timur
Merapi dengan ketinggian di atas 700 meter dpl, tepatnya 932 mpdl.
pelataran Candi Lawang yang terlihat berantakan atau belum selesai dibangun |
Namun demikian, konteks kekinian dan konteks historis dapat dijadikan landasan pengembangan baik dalam aspek keilmuan, aspek pendidikan, bahkan aspek kepariwisataan, sebagaimana dituangkan dalam rekomendasi berikut ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar